Tahun 2019 menjadi saat bagi Yudha Adi Putra atau yang akrab dipanggil Yudha memulai cerita kehidupannya sebagai mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta. Sampai saat ini, Yudha juga aktif dalam mengikuti kegiatan yaitu perlombaan esai, ia kerap mengikuti beberapa kompetisi dan berhasil meraih juara. Dibalik keberhasilannya, ia memiliki cerita, dimana awalnya Yudha mengalami patah hati. Hal tersebut membuatnya menjadi terpuruk. Lalu Yudha memutuskan mencari cara untuk dapat melampiaskan emosinya. Ia memilih untuk mencurahkan isi hatinya dengan cara menuliskannya dalam bentuk cerita. Dari situlah, emosinya dapat terlampiaskan sehingga dengan menulis Yudha bisa lebih mengaktualisasi diri, sebagai ajang pembuktian diri bahwa dia bisa dan sanggup melakukannya. Bagi Yudha dengan menulis ia dapat merasakan kebebasan dalam mencurahkan isi hati dari sudut pandangnya dan dapat membuat realita kehidupan sesuai imajinasinya.
Awal bulan April lalu, Yudha berhasil memenangkan Juara II Lomba Menulis Kategori Penegak/Pandega yang diselenggarakan oleh Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY. Yudha mengambil inspirasi dari tokoh Sri Sultan HB IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia sebagai materi esai yang ia tulis. Pemilihan tokoh tersebut dipilih karena melihat identiknya Sri Sultan HB IX dengan keramahtamahan sehingga cocok untuk dijadikan sebagai tokoh keteladanan dalam menuliskan esai yang dibuatnya. Yudha juga mendapatkan inspirasi dalam menuliskan esai bertemakan keramahtamahan, ketika melihat sebuah angkringan, sebuah tempat dimana semua orang dengan berbagai macam latar belakang dapat diterima dan bisa berdinamika bersama.
Yudha menuliskan esai didasarkan dari pengalamannya saat mengikuti Pramuka di sekolah dimana adanya senioritas. Selain itu, pengalaman sewaktu duduk di bangku sekolah STM dimana Yudha pernah mengikuti berbagai perlombaan, salah satunya kegiatan Pramuka yang dijadikannya sebagai pengalaman. Dari pengalaman tersebut dijadikan Yudha sebagai pijakan untuk berefleksi dan mulai menulis. Dalam konteks keramahtamahan ini penting untuk diterapkan dalam sistem Pramuka. Kegiatan perlombaan ini dijadikan sebagai salah satu wadah temu kangen bagi Yudha. Bagi Yudha, perlombaan ini membuatnya dapat bertemu dan mengenal teman-teman di luar kampus yang begitu beragam dan belajar berteman untuk dapat menempatkan diri diantara mereka yang beragam. “Sesuatu yang bersifat subjektif membuatnya menjadi menarik ada segi lain yang dibangun sehingga dari situlah pengalaman-pengalaman dapat memperkaya penulis untuk menulis dan mengikuti setiap perlombaan-perlombaan,” tuturnya.
Mekanisme perlombaan yang diikutinya di masa pandemi Covid-19 ini semua dilakukan secara daring. Untuk itu, Yudha mencari info detail melalui sosial media dan bergabung dalam grup chatting. Baginya, penting untuk memantau setiap perkembangan informasi terbaru. Ditambah lagi tujuannya adalah memperluas jaringan pertemanan yang menjadi poin plus dalam hidupnya.
Akhir bulan April, Yudha kembali meraih Juara I Lomba Essay yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa STIKES Surya Global Yogyakarta. Yudha mengangkat tema “Kartini Masa Kini, Mimpi Kartini di Era Modern”. Yudha melihat bahwa perempuan di masyarakat masih menjadikan objek. Sehingga, peranan penting ibu memiliki posisi strategis kedepannya dalam mendidik anak-anaknya supaya tidak salah jalan. Perempuan adalah subyek pendidikan pertama dan utama. Hal tersebut penting, untuk memberikan perubahan terkecil seperti keluarga yang diawali dari seorang ibu, sebagai kritik budaya patriarki yang pernah dialami oleh Yudha. Bagi Yudha sendiri, peran penting orang tua dalam mendidik anak agar ketika dewasa dapat merespon setiap kehidupan dengan baik meskipun terjadi masalah keluarga tetapi tidak menjadi alasan tersendiri.
Setiap keberhasilan-keberhasilan yang diperoleh Yudha, didapatkan dari melihat realita kehidupan yang terjadi di sekitarnya dan bagaimana cara untuk dapat meresponnya. Dari situlah, mulai dari kejadian kehidupan sehari-hari, keresahan yang dialami, pengalaman, serta luka batin yang dialaminya menjadikan setiap tulisan menjadi hidup dan bermakna karena dia menghidupi apa yang ditulisnya. Hal yang didapatkan lainnya dari perlombaan adalah mendapatkan sertifikat dan uang pembinaan yang dipakai untuk membeli buku sebagai bahan bacaan. Bagi Yudha menang ataupun kalah dalam suatu perlombaan tidak suatu masalah, yang diharapkan adalah dengan menulis dia bisa curhat atau melampiaskan kesedihan hatinya.
Selain prestasi yang didapatkan, Yudha juga mendapatkan kesempatan menerima beasiswa Bidikmisi sehingga membuatnya dapat berkuliah hingga saat ini. Informasi beasiswa ini didapatkannya dari temannya. Akhirnya, Yudha memantapkan hatinya untuk memilih UKDW sebagai kampus pilihannya dengan melihat berbagai fasilitas yang akan mendukungnya dalam berkuliah. Yudha sangat bersyukur dan senang atas beasiswa yang didapatkan dan dapat diterima di kampus UKDW. Ia menyadari bahwa adanya peranan orangtua yang terus memberikan dukungan dan teman-teman yang memotivasinya.
Keaktifannya dalam mengasah potensi dan kemampuan dalam dirinya diimbangi dengan aktivitasnya di bidang kemahasiswaan dengan berpartisipasi dalam kepanitiaan ataupun organisasi. Tahun ini Yudha terpilih menjadi anggota divisi non akademik di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teologi (BEMF). Di dalam divisi itu Yudha merupakan satu-satunya mahasiswa yang berasal dari angkatan 2019. Divisi tersebut bertugas untuk menampung berbagai aspirasi dari teman-teman mengenai lomba-lomba yang akan diadakan sekaligus disesuaikan dengan memperingati hari-hari besar. Ketertarikannya bergabung dalam divisi non akademik adalah sebagai sarana refreshing atas ketegangan sewaktu mengikuti perkuliahan.
Tidak lupa Yudha menyampaikan pesan bahwa yang menjadi kunci keberhasilannya adalah dengan berdoa. ”Teruslah menulis, dan membaca sehingga dapat membenahi setiap kalimatnya dang menghubungkan. Selain itu, peka terhadap sekitar apa yang sedang terjadi sehingga dengan menulis berdasarkan pengalaman nyata justru membuat tulisan itu menjadi hidup.” ujarnya. Di balik kejuaraan yang berhasil dimenangkannya, Yudha juga pernah mengalami kegagalan. Kegagalan itu terjadi karena proses pengerjaannya yang dilakukan sehari sebelum deadline sehingga hasilnya tidak maksimal. Dari kegagalan tersebut, Yudha belajar untuk meluangkan lebih waktunya supaya dalam pengerjaan esai akan jauh lebih efektif. “Tetapi jangan pernah berhenti karena, kita tidak tahu di titik mana kita bisa berhasil,” pungkasnya [Meidianti].