Divisi Kerohanian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mengadakan diskusi mengenai isu teologi pada tanggal 20 Mei 2022 yang lalu. Diskusi teologis yang diadakan merupakan pemaparan dari dua paper terbaik dari mata kuliah Teologi Feminis. Kedua paper tersebut membahas mengenai isu ekofeminisme. Narasumber pertama dari mahasiswa Fakultas Teologi  angkatan 2019, Dan Marthin Yoga Saragih yang menjelaskan mengenai isu yang terjadi di tanah Toba. Papernya berjudul Ale Jahowa Debata Nami, Hanami Marhabot di Roba: Menganalisis Perlawanan Inang-Inang Toba terhadap Pembuatan Jalan Toba dari Perspektif Ekofeminisme. Sedangkan untuk narasumber yang kedua, dari Harley Jonathan yang juga mahasiswa Fakultas Teologi angkatan 2019. Judul papernya adalah Sedotan Stainless-Stell Bukan Alternatif Terbaik Sedotan Plastik bagi Alam dalam fenomena Gaya Hidup Konsumtif: Kesadaran Kecil Menuju Ekofeminisme. Pemaparan dari kedua narasumber ini ditanggapi oleh dosen pengampu mata kuliah Teologi Feminis, Pdt. Dr. Asnath Niwa Natar, M. Th.

Koordinator divisi kerohanian BEM Fakultas Teologi, Emannuela Angela Putri Suryandari mengatakan tema ekofeminisme ini dipilih karena tidak semua mahasiswa teologi semester awal mengetahui apa itu ekofeminisme. Ia juga mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini isu penindasan terhadap kaum feminis (terutama perempuan) sedang marak dibicarakan, terlebih ketika berkaitan dengan alam. Kegiatan diskusi teologi diselenggarakan melalui media daring zoom meeting. Sebagai sesi diskusi, peserta yang terdiri dari 140 orang dari berbagai latar belakang sekolah teologi saling berpendapat mengenai pemaparan yang dilakukan oleh kedua narasumber. 

“Diskusi teologis kemarin adalah pengalaman pertamaku untuk jadi narasumber. Seru banget, bisa menyuarakan materi yang kiranya bisa membawa perubahan buat alam khususnya. Rasanya deg-degan banget karena banyak peserta dan takut ada yang mengajukan pertanyaan sulit, tapi semuanya puji Tuhan lancar. Intinya asyik, seneng, dagdigdugser gimana gitu,” kata Harley Jonathan. Diskusi ini menjadi latihan bagi mahasiswa dalam berkarya dan menyuarakan apa yang menjadi tulisannya. Dan Marthin menyebutkan kalau diskusi teologis ini sangat bagus karena di satu sisi tema besar yang diangkat itu ekofeminisme. Tentu bisa memberikan wawasan baru bagi para peserta tentang bagaimana berelasi dengan alam dengan kaitannya di dalam permasalahan lingkungan. Di satu sisi juga, Martin mengatakan kalau melalui diskusi ini bisa membangun relasi yang baru bersama teman-teman fakultas teologi dari sekolah lain.

“Kesan yang bisa saya dapat sebagai narasumber tentu saja adalah pengalaman yang sangat berharga karena mendapatkan pengalaman untuk berbicara di depan banyak orang. Awalnya saya memang merasa gugup karena ini kesempatan pertama. Namun lama kelamaan ini semakin mengasyikkan dan tentunya semakin menambah wawasan saya. Diskusi ini juga melatih kemampuan public speaking saya,” ujar Marthin. Diskusi teologis ini berjalan dengan baik dan harapannya memunculkan karya lain dari mahasiswa berkaitan dengan isu teologi. [F.Teo/Yudha]

Pin It on Pinterest

Share This