Mental Health atau kesehatan mental akhir-akhir ini menjadi sorotan bagi kalangan anak-anak dan remaja. Seiring berkembangnya teknologi dan media sosial, anak-anak dan remaja akan dengan mudah menerima informasi yang berlebihan. Dampak dari terlalu banyak informasi yang diperoleh membuat anak-anak dan remaja mengalami penularan emosi. Penularan Emosi yang dimaksud adalah ketika ada konten galau atau sedih muncul di beranda tiktok atau Instagram maka secara tidak langsung pengguna media sosial akan merasakan kesedihan atau kegalauan yang sama seperti di konten yang mereka tonton. Jika seseorang terlalu sering menerima konten galau atau bernuansa kesedihan, seseorang tersebut akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri dan yang paling parah adalah menyebabkan seseorang menjadi kurang mempunyai rasa syukur atau selalu merasa insecure. Insecure adalah perasaan ragu, cemas, dan kurang percaya diri yang dapat mengganggu berbagai aspek hidup. Seseorang yang insecure cenderung memiliki pikiran negatif terhadap dirinya sendiri. Efek dari rasa insecure tersebut akan membuat seseorang mengalami tekanan batin dan tak sedikit pula membuat seseorang melakukan tindakan yang ekstrim yaitu dengan melakukan tindakan bunuh diri. 

Berdasarkan data terakhir yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019, Indonesia berada di posisi 15 terbawah dengan angka kasus bunuh diri di dunia. Walaupun demikian, Indonesia masih memiliki kasus bunuh diri sebanyak 2,4/100.000 penduduk yang jumlahnya bertahan sejak tahun 2014. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2022 yang lalu oleh Presiden INSAP (Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia), Sandersan Onie, menemukan bahwa insiden bunuh diri di Indonesia empat kali lebih besar dari data resmi yang terlaporkan. Studi tersebut menjelaskan tingkat bunuh diri nasional tahun 2020 dan 2021 adalah 0,98 dan 0,99/100.000 penduduk. Dari kasus bunuh diri tersebut, angka tertinggi kasus bunuh diri terjadi di daerah Kepulauan Riau, Bali, DIY, Maluku Utara, dan Jawa Tengah. Kasus bunuh diri yang sempat menghebohkan Indonesia terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur. Seorang anak berusia 11 tahun ditemukan tewas gantung diri rumahnya pada 27 Februari 2023 yang lalu. Korban diduga mengalami depresi karena kerap dibully oleh teman sepantarannya. Pembullyan tersebut terjadi karena status korban sebagai seorang “Anak Yatim”. Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa anak-anak dan remaja juga memiliki kerentanan terhadap kesehatan mental health. Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) telah mengingatkan akan pentingnya lingkungan keluarga dan sosial seseorang. Seseorang yang mengalami gejala awal depresi harus diperhatikan untuk mencegah upaya tindakan bunuh diri. 

Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu meningkatnya kasus depresi anak-anak dan remaja di Indonesia, sejumlah mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta (UKDW) yang tergabung dalam kelompok Motivation melakukan edukasi terkait mental health. Kelompok Motivation UKDW merupakan sebuah kelompok yang terbentuk dari kegiatan Program Pengelolaan Potensi Diri Mahasiswa (P3DM). Edukasi mental health tersebut berisikan materi cara mengelola emosi, menumbuhkan rasa percaya diri, mengajarkan pola hidup sehat, dan lain-lain. 

Edukasi mental health yang dilakukan oleh mahasiswa UKDW tersebut dilaksanakan pada tanggal 5 April 2023 di Panti Asuhan Wiloso Projo, Bumijo, Yogyakarta. Panti Asuhan Wiloso Projo mengasuh kurang lebih enam belas anak-anak dan remaja yang sekarang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Edukasi mental health menargetkan kelompok rentan yang berasal dari anak-anak dan remaja. Kelompok Motivation terdiri dari sepuluh mahasiswa yang berasal dari berbagai program studi mulai dari program studi Akuntansi, Manajemen, Kedokteran, Arsitektur, Teknologi Informasi dan Sistem Informasi. Adapun mahasiswa yang melakukan edukasi mental health diantaranya Brilian Chrisalfpiet Madiuw, Astiana Ora Tarawatu, Yeremia Yopi Tenouye, Jefri Naldo Sinambela, Gratia Enggar Setyawan, Lora Melita Ardana, Andhika Aryaga Sampurno, Dwi Krisnawan Rose, Imanuel Putra Anugerah Faot, dan Vivian. 

Bentuk kegiatan dari “Edukasi Mental Health” tersebut dikemas dalam pemaparan singkat yang berupa materi tentang apa itu kesehatan mental, gejala-gejala seseorang tidak memiliki jiwa yang sehat, tanda seseorang memiliki jiwa yang sehat, cara mengatasi stress dan mempertahankan kesehatan jiwa,  dan mengapa pentingnya mencegah adanya gangguan kesehatan mental. Selain itu diadakan pula sesi sharing atau bercerita mengenai pengalaman masing-masing penghuni panti. Sesi sharing tersebut dilakukan agar anak-anak dan remaja Panti Asuhan Wiloso Projo saling berbagi cerita terkait perasaan selama menjalani aktivitas keseharian. Tujuan sharing tersebut agar mahasiswa mampu mendengarkan keluh kesah anak-anak dan remaja karena penghuni panti tersebut jauh dari keluarga bahkan ada beberapa yang tidak memiliki orang tua. Oleh karenanya, mereka butuh teman bercerita dan melatih anak-anak agar terbiasa untuk mengekspresikan sesuatu serta melatih percaya diri. 

Selain melakukan pemaparan materi dan sharing, mahasiswa juga memberikan lembar skala DASS. Lembar skala DASS adalah  skala asesmen diri sendiri (self-assessment scale) yang digunakan untuk mengukur kondisi emosional negatif seseorang yaitu depresi, kecemasan dan stress. Mahasiswa memberikan lembar skala DASS terhadap peserta kegiatan edukasi mental health agar dapat mendeteksi secara dini kondisi kecemasan atau depresi anak-anak panti. Di akhir kegiatan, mahasiswa meminta anak-anak panti asuhan untuk menunjukkan talentanya seperti bernyanyi atau bermain alat musik yang bertujuan untuk melatih rasa percaya diri dan berani tampil di depan umum. 

Kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa UKDW ini sangat bermanfaat bagi anak-anak panti karena sebelumnya di panti asuhan tersebut tidak pernah diberikan edukasi terkait kesehatan mental. Harapannya kegiatan-kegiatan seperti dapat mengurangi rasa depresi atau stress anak-anak panti dan masalah kesehatan mental menjadi persoalan yang perlu diperhatikan oleh anak-anak dan pengasuh Panti Asuhan Wiloso Projo. [fp]

Pin It on Pinterest

Share This