Kelompok Studi Kewirausahaan dan Inkubasi Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) melakukan kegiatan kampanye bisnis hijau dan berkelanjutan dengan tema Kewirausahaan Berkelanjutan: “Membangkitkan Ekonomi Lokal di Tengah Pandemi” pada hari Sabtu, 2 Februari 2022. Kegiatan ini menghadirkan Kak Suryo Seno dari Warung Murakabiminggir serta disiarkan melalui live Instagram @kskib_ukdw.
Pendiri Warung Murakabiminggiri adalah Mbak Santi, seorang seniman di Jogja, Pak Singgih yang merupakan seorang desainer di Temanggung, dan Mas Lulu Lutfi Labibi, seorang desainer busana di Jogja. Pada tahun 2019, Murakabi menjadi instalasi seni di Artjog yang membawa tema “Seni untuk Seni, Seni untuk Rakyat, atau Seni yang Dekat dengan Kehidupan Masyarakat” yang mengangkat bagaimana instalasi seni bisa dekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Media yang digunakan pada waktu itu adalah dengan menjual produk-produk lokal dari masyarakat sekitar Jogja. Lebih lanjut, Murakabi sendiri memiliki dua konsep inti yang diusung. Pertama, Murakabi sebagai movement yang merupakan gerakan untuk berpijak pada kelokalan, kemandirian, dan berasaskan gotong royong untuk menuju kelestarian. Kedua, Murakabiminggir sebagai toko kelontong yang sampai hari ini ada untuk menjual produk-produk masyarakat sekitar yang terjangkau seperti minyak, beras, gula kelapa, kerajinan mendong, pandan, dan lain sebagainya. Murakabi ini menjadi wadah bagi teman-teman dengan berbagai disiplin ilmu untuk berkolaborasi dari berbagai entitas untuk membangun kesadaran penuh terhadap gotong royong menuju kelestarian. Kolaborator yang bertambah tersebut termasuk Pak Eko Prawoto, seorang arsitek dari UKDW yang memiliki kepedulian terhadap arsitektur lokal.
Di tahun 2020, semakin banyak kolaborator sehingga dibuatlah residency dengan konsep pembelajaran kontekstual untuk mengaktivasi warung Murakabiminggir. Pembelajaran dilakukan dengan konsep yang bisa disebut “nyantrik”, guru-guru hanya menjadi fasilitator dan mentor saja, sedangkan kesadaran penuh ada pada murid. Siapapun bisa ikut pembelajaran ini selama empat bulan awal, dari Januari hingga April 2021. Konten pembelajarannya adalah bagaimana mengaktivasi warung ini sehingga proses ekonominya bisa berjalan. Gerakan ini memiliki konsep koperasi yang sejalan dengan prinsip gotong royong dan transparansi yang melandasinya. Warung Murakabi mewadahi berbagai pihak seperti investor, produsen, pekerja, dan konsumen dalam satu organisasi yang saling memiliki keterkaitan. Murakabi lebih mengutamakan kebermanfaatan daripada keuntungan. Penentuan harga juga dibuat lebih adil baik untuk produsen maupun konsumennya. Sebagai jembatan antara produsen dan konsumen yang dekat dengan bisnis hulu dan hilir, maka biaya pemasaran pun dapat dipangkas dengan strategi kelokalan.
Tantangan yang dihadapi oleh Warung Murakabi salah satunya adalah dalam hal pengemasan dan pengiriman produk ke luar kota. Untuk mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik, Warung Murakabi menggunakan sistem tukar botol sehingga pelanggan tidak perlu membeli botol kembali saat membeli produk. Bahkan, Warung Murakabi mengupayakan agar kemasan-kemasan yang ada di luar kota bisa dikirim kembali untuk bisa digunakan lagi. Warung Murakabi mengambil produk-produk lokal melalui proses riset dan survei berkelanjutan, serta melakukan penyortiran pada produk-produk yang akan masuk ke Warung Murakabi.
Berbeda dengan komoditas yang ada di pasar yang harganya ditentukan oleh tengkulak, Murakabi memberi pelatihan bagi para produsen untuk menghitung biaya operasional, harga pokok produksi, dan laba. Tujuannya supaya produsen-produsen tersebut mempunyai posisi untuk bertahan dan memiliki power untuk menentukan harga dari produk yang dihasilkan. Ketika mereka punya kapasitas menentukan harga, mereka bisa berhadapan dengan tengkulak, misalnya awalnya harga gula kelapa hanya Rp 16.000 dari tengkulak, akhirnya bisa menjadi Rp 19.000 sesuai hitungan biaya produksi dan operasional. Para petani atau produsen akhirnya sangat senang dan bisa untung.
Dalam acara ini, Mas Seno juga memberikan beberapa tips bagi anak-anak muda yang ingin menjadi wirausahawan. Yang pertama adalah tetap konsisten, bukan berarti jangka waktu yang lama, tetapi bagaimana hal tersebut dapat dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu contohnya yaitu melakukan pendekatan terhadap pengrajin tidak dapat dilakukan secara instan dalam satu hari tetapi harus disertai dengan pendekatan secara emosional. Yang kedua adalah tentang bagaimana kita sebagai wirausahawan bisa memposisikan diri kita di lingkungan manapun, karena tidak tidak bisa dipungkiri, saat berwirausaha akan menemukan berbagai macam kelompok-kelompok yang mungkin belum pernah ditemui sebelumnya seperti pihak pemerintah maupun komunitas. Fleksibilitas dalam membicarakan konsep atau gagasan kita terhadap warung atau bisnis menjadi sangat penting demi soliditas pengelola dan kolaborator yang terlibat. [KSKIB UKDW]