Indonesia terkenal dengan keanekaragaman hayati yang cukup banyak, namun seiring berjalannya waktu dengan tingkat kegiatan ekspor komoditi pertanian dan perkebunan yang semakin pesat menyebabkan beberapa varietas tanaman mengalami penurunan jumlah bahkan terancam punah karena pemanfaatan berlebih tanpa diimbangi dengan pembudidayaan ulang. Pemerintah berupaya mengembalikan dan meningkatkan beberapa varietas yang memiliki jumlah yang sangat minim dengan melakukan konservasi di beberapa titik wilayah di Indonesia. Mahasiswa dan sebagian industri besar juga turut andil dalam kegiatan ini, namun tidak semua bibit yang ditanam dapat berhasil tumbuh subur hanya akan ada seperempat hingga setengah bibit yang dapat tumbuh. Maka itu diperlukan perbanyakan bibit dari tanaman yang unggul agar varietas tanaman dapat terselamatkan.
Saat ini, teknik perbanyakan varietas tanaman dengan metode kultur jaringan sedang banyak dilirik karena tanaman yang memiliki varietas unggul dapat diperbanyak setiap waktu sehingga produksi tanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Kultur jaringan ini banyak dilakukan terutama pada tanaman yang sulit beregenerasi dan sulit menghasilkan biji. Metode kultur jaringan merupakan teknik membudidayakan suatu sel tanaman secara vegetatif pada medium yang steril dan aseptis. Prinsip dasar kultur jaringan yaitu mengisolasi bagian dari tanaman induk yang kemudian akan ditumbuhkan dan dikembangkan pada media yang telah dilengkapi dengan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga kondisinya dapat mendorong pertumbuhan bagian tanaman itu sendiri. Semua jenis tanaman dapat ditumbuhkan menggunakan metode kultur jaringan, namun tanaman yang dapat ditumbuhkan adalah tanaman yang belum mengalami masa diferensiasi atau tanaman yang masih muda karena pada tanaman tersebut terdapat sel parenkim, sel parenkim inilah yang akan diisolasi dan ditumbuhkan. Dengan kultur jaringan, tanaman yang memiliki biji dengan ukuran mikroskopis seperti anggrek membutuhkan bantuan dari manusia untuk mengeluarkan endosperma yang dimana memiliki fungsi sebagai sumber nutrisi dalam mempercepat pertumbuhan selain itu biji yang memiliki masa dormansi yang cukup lama seperti biji asam dapat lebih cepat berkecambah atau tumbuh tunas dan tahan terhadap perubahan lingkungan. Selain itu metode ini juga dijadikan sarana untuk memanipulasi genetik terutama senyawa aktif yang terdapat didalam tumbuhan induk supaya dihasilkan bibit tanaman yang bersih dari senyawa aktif. Contoh tanaman yang telah berhasil dibudidayakan melalui kultur jaringan yaitu anggrek, pisang, padi dan kelapa sawit.
Untuk mempelajari lebih mendalam mengenai kultur jaringan, Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta (UKDW) mengadakan Pelatihan Kultur Jaringan Anggrek bagi guru dan siswa SMA 2 Bantul dan SMA 1 Jetis Bantul pada hari Sabtu, 2 Maret 2019 di Laboratorium Bioteknologi Dasar Gedung Iama UKDW. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Bioteknologi sebagai salah satu produk kemajuan IPTEK bidang pertanian khususnya di bidang budidaya anggrek. Kegiatan ini diikuti oleh sebelas siswa SMA 2 Bantul yang didampingi dua orang guru dan sebanyak tujuh siswa SMA 1 Jetis yang didampingi satu orang guru. Pelaksanaan kegiatan juga didampingi oleh tiga orang asisten dan satu orang teknisi laboran dari Fakultas Bioteknologi.
Selama pelatihan, siswa dan guru dilatih mengenal dasar-dasar tanaman anggrek, metode penyilangan anggrek, budidaya kultur jaringan anggrek, dilatih untuk membuat media kultur jaringan, menanam anggrek di ruang steril dan aklimatisasi anggrek. Selama kegiatan, para siswa dan guru tidak hanya belajar mengenai teori saja tetapi juga diajak berlatih secara aktif melalui praktik langsung melakukan beberapa tahapan kultur jaringan anggrek di laboratorium. Saat ini kultur jaringan masih banyak dilakukan dalam skala laboratorium karena kultur jaringan membutuhkan biaya yang cukup mahal, selain itu metode ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah memiliki pemahaman yang cukup tentang struktur tanaman, media dan peralatan, infrastruktur, serta dibutuhkan kondisi yang aseptis dan steril. Namun ada beberapa tanaman yang telah berhasil dibudidayakan dengan kultur jaringan skala rumahan yaitu anggrek. Anggrek merupakan salah satu penyumbang devisa negara non migas karena memiliki daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang berlomba untuk bisa mendapatkan bibit anggrek dengan kualitas unggul. Kultur jaringan tidak hanya dilakukan pada tumbuhan saja, di negara maju pun telah dilakukan kultur jaringan pada hewan, namun hasil kultur jaringan pada sel hewan hanya dapat diperoleh sekumpulan sel bukan organ maupun individu baru secara utuh karena sel hewan tidak memiliki sifat totipotensi. Sifat totipotensi sendiri merupakan sifat sel yang mampu menjadi individu baru yang utuh jika pada lingkungan yang sesuai.
Kegiatan pelatihan ini berlangsung dengan lancar dan baik. Antusiasme guru dan siswa dalam mengikuti pelatihan ditunjukkan melalui banyaknya pertanyaan yang diajukan serta keaktifan mereka selama praktik di laboratorium. Banyak siswa dan guru yang ingin mempraktikkan penyilangan anggrek di rumah dan sekolah mereka serta ingin menanam anggrek botol di rumahnya juga bertanya dimana membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat media kultur jaringan anggrek. Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mendapat pengetahuan tentang keragaman tanaman anggrek khususnya di Indonesia, cara persilangan anggrek, pembuatan anggrek botolan melalui teknik kultur jaringan anggrek dan cara aklimatisasi anggrek. Peserta pelatihan menilai kegiatan ini sangat positif dan berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan di sekolah mereka sehingga semakin banyak siswa dan guru dapat terlibat. [Ratih dan Mayang]