Melihat perkembangan yang sangat pesat di perkotaan saat ini yang berdampak pada berkurangnya lahan pertanian yang ada, sehingga pemanfaatan pekarangan menjadi salah satu opsi terbaik untuk mendukung kegiatan pertanian saat ini. Salah satu cara yang dilakukan oleh kelompok 7 KKN Green Farming UKDW Yogyakarta dalam pemanfaatan pekarangan ini adalah dengan memanfaatkan sistem aquaponik di lahan sempit dengan cara budikdamber (budidaya ikan dalam ember). Budikdamber menjadi solusi potensial bagi budidaya perikanan dan pertanian di lahan yang sempit dengan penggunaan air yang lebih hemat, mudah dilakukan oleh masyarakat di rumah masing-masing dengan modal yang relatif kecil, serta akhirnya mampu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat.
Selain itu, seperti peribahasa “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”, budikdamber juga merupakan sebuah alternatif yang dapat digunakan untuk budidaya ikan dan menanam sayur dalam satu media yang sama yaitu ember. Siklus ini termasuk saling menguntungkan, karena proses dimana tanaman dapat memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan dan menjadi suplai oksigen air yang digunakan untuk memelihara ikan tersebut. Sistem kerja dari budikdamber adalah membudidayakan ikan dan sayuran dalam satu ember yang merupakan sistem aquaponik (polikultur ikan dan sayuran). Namun, perbedaannya adalah budikdamber tidak serumit aquaponik yang membutuhkan pompa dan filter yang akhirnya membutuhkan listrik, lahan yang luas, biaya yang mahal, dan rumit. Budikdamber justru memiliki keunggulan seperti hemat air, zero waste, perawatan yang mudah, dan tanpa bahan kimia.
Ikan merupakan kunci dalam sistem budikdamber. Ikan menyediakan hampir semua nutrisi bagi tanaman. Ikan yang digunakan adalah ikan lele. Jenis tanaman yang ditampung seperti sayur bayam brazil dan tanaman mint. Selain dapat memanfaatkan pekarangan, alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat budikdamber sangatlah gampang untuk dicari dan tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak. Alat dan bahan yang kami gunakan untuk membuat budikdamber yaitu ember, arang batok kelapa, gelas plastik, benih lele, solder, dan bibit tanaman.
Pemeliharaan untuk budikdamber ini juga diperlukan guna mencapai hasil yang maksimal. Pemeliharaan untuk budikdamber tidaklah sulit, tetapi dibutuhkan konsistensi dalam pemeliharaannya, contohnya seperti ember diletakkan di tempat yang dapat terkena sinar matahari agar ikan lele tidak berjamur, memberi pakan ikan lele secukupnya agar ikan tidak kekenyangan, rutin membersihkan ember atau ganti air agar tidak bau, dan lain sebagainya. Selain melakukan budikdamber, para mahasiswa juga melakukan penataan ulang lahan pertanian yang ada di Sumur Bening agar terlihat lebih menarik.
Plastik terbuat dari bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah plastik sulit diuraikan secara alami. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahan plastik minuman masih banyak ditemukan di seluruh aktivitas hidup masyarakat. Salah satu cara yang dapat meminimalisir dari dampak negatif penggunaan plastik adalah daur ulang. Menanam ulang tanaman dengan cara menggunakan botol bekas plastik sebagai tempat menanam tanaman seperti sayur bayam brazil dan tanaman mint menjadi solusi pemanfaatan botol bekas. Dengan melakukan penanaman ulang menggunakan botol bekas dapat menghemat tempat dan tidak mengganggu sarana transportasi serta dapat mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekitar dan menjaga kelestarian lingkungan di Sumur Bening. [Nabrin & Firginiya]