Dengan mewabahnya virus Corona atau COVID-19 yang berakibat pada diterapkannya aturan physical distancing yang membuat semua orang harus menjaga jarak dengan orang lain sampai penerapan sistem lockdown di beberapa negara membuat perayaan Paskah kali ini terasa berbeda dengan hari raya Paskah sebelumnya bagi seluruh umat Kristen di belahan dunia khususnya bagi para mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang tinggal di asrama mahasiswa UKDW Yogyakarta Omah Babadan.
Para mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dan Talenta UKDW yang memilih melakukan self-quarantine di asrama dan tidak pulang ke daerah asalnya. Steven Singging Setiawan, seorang mahasiswa program studi Sistem Informasi (SI) penerima beasiswa Bidikmisi bercerita “Banyak teman-teman yang memilih pulang tapi saya tidak. Saya takut dalam perjalan pulang, saya terpapar virus sehingga malah membawanya ke keluarga saya. Selain itu, saya merasa aman disini. Saya juga bisa mengakses wifi gratis selama perkuliahan jarak jauh (PJJ) ini. Di sini, saya tidak akan bosan selama karantina ini karena punya banyak teman”.
Rangkaian Paskah dirayakan dalam 2 (dua) hari berturut-turut. Dimulai dengan Sabtu Sunyi pada 11 April 2020 malam dan berlanjut dengan Minggu Paskah pada 12 April 2020 dini hari. Perayaan Sabtu Sunyi sendiri terdiri dari puji-pujian, membakar lilin berbentuk salib, dan juga doa kelompok. Seperti Sabtu Sunyi pada umumnya setelah kegiatan doa selesai, para mahasiswa diberikan kesempatan untuk bermeditasi atau untuk merenungkan Sabtu Sunyi di tempat ibadah yang sudah disediakan atau kembali ke kamar untuk renungan pribadi.
Adham Khrisna Satria, MA. selaku mentor mahasiswa di asrama UKDW-Omah Babadan, mengatakan bahwa seluruh rangkaian perayaan Paskah ini adalah bentuk wujud nyata dari salah satu nilai kedutawacanaan yaitu Obedience to God dengan merayakan hari keagamaan bersama dengan mahasiswa Omah Babadan. Menurutnya karena COVID-19 ini, perayaan tidak bisa dilakukan dengan besar-besaran tetapi esensi dari Paskah itu haruslah bisa direnungkan bersama, menghayati kesengsaraan Kristus dan juga menemukan inspirasi dari kebangkitan-Nya. Menurut Adham, banyak nilai dan pelajaran yang bisa diambil dari Paskah kali ini “Banyak hal yang bisa diambil dari Paskah tahun ini. Yang pertama keprihatinan. Kita diminta untuk memaknai kesengsaraan Kristus dengan keadaan kita sekarang ini, dengan tetap positif walaupun kita tidak bisa kemana-mana, tidak bisa merayakan Paskah secara besar-besaran, tetapi kita masih bisa untuk merayakan sesuatu dari kesederhanaan yang kita punya dan mindset ini yang mau ditularkan kepada teman-teman di asrama Omah Babadan. Kemudian nilai yang paling penting adalah sikap solider dengan korban Covid 19 dan juga solider terhadap masyarakat sekitar asrama dalam menjaga ketenangan, tidak membuat suatu perkumpulan. Lalu nilai yang lain adalah persaudaraan. Semua yang ada di asrama mengambil bagian dalam pelaksanaan perayaan paskah, turut berpartisipasi, mengorbankan tenaga, waktu dan juga melakukan tugas-tugas yang dibebankan”. Adham menambahkan bahwa Sabtu Sunyi kali ini sangat berkesan dan menyentuh hati.
Pada malam itu, suasana asrama mahasiswa Omah Babadan teduh dan hening. Pada pukul 04:00 WIB dini hari, semua mahasiswa kembali untuk merayakan Minggu Paskah. Kobaran api unggun persis berada ditengah mereka yang duduk melingkar sekalian menghangatkan tubuh yang dingin di pagi itu. Ibadah dimulai pada pukul 05:00 WIB dini hari yang terdiri dari nyanyian puji-pujian, pemberitaan firman Tuhan, dan juga pembakaran permohonan yang telah ditulis para mahasiswa pada sepotong kertas.
Ibadah Paskah kemudian berakhir dengan jamuan kasih dan juga diadakan game seperti werewolf, ada pula nasi Tumpeng berbentuk goa dengan pintu yang terbuka, melambangkan kubur Yesus yang sudah terbuka pertanda Ia sudah bangkit dari dunia orang mati, yang menjadi menu makan siang. Santapan makan siang itu sebagai penutup seluruh rangkaian perayaan Paskah di asrama mahasiswa UKDW-Omah Babadan.
Veronika Verasita Melani, mahasiswi program studi Sistem Informasi, penerima beasiswa Bidikmisi yang juga mengatakan bahwa perayaan Paskah kali ini meninggalkan kesan manis baginya. “Acara Paskah bersama di Omah Babadan meninggalkan kesan manis bagi saya. Mulai dari kepanitiaan kecil yang dibentuk dan pesertanya yang berasal dari kita sendiri sehingga dapat mempererat tali persaudaraan diantara kita. Walaupun jauh dari keluarga kita, tapi keluarga kecil ini memberikan perasaan hangat dan nyaman hingga rasanya perayaan paskah kali ini tetap bisa bersama keluarga”. Ia juga berharap semoga dengan pengalaman ini, mereka bisa menghargai kebersamaan dan kesederhanaan lewat hal-hal kecil. (PBI/Rama)