Bertempat di Auditorium Koinonia Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) hari Senin, 16 Desember 2019 berlangsung acara  refleksi Natal dan refleksi akhir tahun 2019 keluarga besar UKDW. Acara ini dikemas dalam bentuk sebuah refleksi dengan mengangkat tema ‘Sahabat Bagi Sesama dan Alam Sekitar’ (Yoh. 15:14-15). Maksud dan tujuan dari tema ini ialah untuk mengundang semua jemaat yang hadir untuk dapat meneladani Kristus yang lahir ke dunia guna menjadi sahabat bagi semua orang tanpa kecuali. Persahabatan dengan Kristus juga tidak akan sempurna jika tanpa diikuti sikap manusia yang bersahabat dengan alam lingkungan sekitar. Oleh karena warna hijau identik dengan alam maka dipilihlah warna hijau sebagai warna dominan untuk dekorasi panggung, warna kostum tiap-tiap kelompok paduan suara, dan juga ‘dress-code’ dari baju tamu undangan. 

Di awal acara, terdapat sebuah prosesi tujuh air suci yang diambil dari tujuh mata air yang ada di sekitar daerah Yogyakarta. Ketujuh sumber air tersebut adalah Sumur Kitiran Mas (Pakem), Sendang Jatiningsih (Sleman), Sendang Sono (Kulonprogo), Candi Hati Kudus Yesus (Ganjuran), Masjid Agung (Kota Gede), Pura Jagat Nata (Banguntapan) dan sumber air Duta Wacana sendiri. Secara simbolis ketujuh air dari tujuh sumber ini dicurahkan dalam satu belanga tanah liat. Penyatuan air suci ini menjadi simbol bahwa air yang mengalir di alam yang satu, menjadi sumber kehidupan bagi semua mahluk tanpa dibatasi oleh klaim agama, suku, golongan. Mata air tersebut melebur dalam satu wadah air kehidupan itu merahmati bumi dan manusia. Air yang sudah menyatu ini digunakan untuk memberkati semua bibit tanaman buah yang ada di samping kiri dan kanan Altar utama. 

Acara Natal ini juga dimeriahkan oleh kelompok-kelompok paduan suara anak-anak karyawan dan dosen UKDW, gabungan unit-unit dan fakultas-fakultas hingga membuat acara semarak. Hal yang cukup menarik perhatian segenap tamu undangan yang hadir adalah penampilan gerak dan tari dari Sanggar Anak Mawar Saron dari Kalipenten, Kulonprogo di bawah asuhan Pdt. Aris Kristian Widodo dari GKJ Kalipenten. Kelompok ini telah mempersembahkan sebuah karya seni gerak dan tari dengan mengangkat tema “Aku Anak Indonesia”. Sanggar ini beranggotakan anak-anak di lingkungan desa Kalipenten dan berasal dari keluarga-keluarga yang beragama Islam dan Kristiani. Menurut pengasuhnya, sanggar ini terbuka untuk semua anak yang mau dan tertarik terlibat di dalamnya, tidak ada batasan-batasan kaku. Di dalam sanggar ini anak-anak berlatih secara berkala dan mengasah kepekaan akan keragaman seni dan budaya melalui jalur tari-tarian. Pdt. Aris berusaha mengajarkan kepada mereka bagaimana hidup dalam kemajemukan itu dalam tingkat akar rumput kepada anak-anak ini. 

Pada perayaan Natal UKDW ini tongkat komando kepanitiaan dipercayakan kepada jajaran Fakultas Bioteknologi UKDW untuk mempersiapkannya. Selaku Ketua Panitia Natal, Drs. Kisworo, M.Sc. yang hadir dengan menggunakan pakaian beskap Jawa warna hijau lengkap dengan blangkonnya memberikan sambutan singkat. Dalam sambutannya, Kisworo mengundang segenap tamu undangan untuk kembali mengolah semangat persahabatan dalam diri masing-masing. Sebagai sebuah karunia Allah maka persahabatan manusia dengan Sang Bayi Kristus yang telah lahir di malam Natal tidak berhenti pada diri sendiri semata. Persahabatan ini harusnya membuka mata hati sekaligus untuk melihat pentingnya membagikan semangat persahabatan itu kepada sesama manusia yang ada disekeliling, baik itu yang dikenal maupun yang baru saja dijumpai. Lebih lanjut, Kisworo menyampaikan bahwa manusia wajib mengulurkan tangan-tangan yang bersahabat dan bergaul dengan alam serta merawatnya. 

Dalam renungan Natal yang disampaikan, Pdt. Wahju Satria Wibowo, Ph.D. secara kritis menyampaikan pentingnya untuk meninjau ulang definisi kata ‘sahabat’ yang selama ini dimiliki. Pdt. Wahju mengingatkan bahwa umat Kristiani seyogyanya meneladani Kristus yang tidak pernah merasa risih untuk bersahabat dengan mereka yang oleh masyarakat dikategorikan sebagai kelompok yang tidak layak disebut sahabat, misalnya para pemungut cukai, perempuan pelacur, perempuan Samaria, orang berpenyakit kusta, perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun, penjahat, dan lain-lain. Keberadaan orang-orang seperti mereka ini tidak akan pernah bisa dihapuskan sama sekali. Mereka juga punya hak hidup dan mereka juga berhak untuk disebut sebagai sahabat kita. 

Di penghujung acara, panitia membagikan ratusan benih tanaman buah-buahan yang telah diberkati oleh pendeta-pendeta dari Fakultas Teologia ke tiap kepala keluarga yang hadir dalam acara tersebut untuk dibawa pulang dan ditanam di rumah masing-masing. (PKK/Adham)

Pin It on Pinterest

Share This