Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (FTI UKDW) bersama PT Inovasi Informasi Indonesia (ICUBE) menyelenggarakan kuliah umum bertajuk The Impact of New Customer Behavior in the Digital Era and the Role of a Good Ecommerce Platform pada hari Jumat, 6 Desember 2019. Selain bentuk kerja sama antara FTI UKDW dan ICUBE, kuliah umum ini secara khusus bertujuan mengedukasi mahasiswa tentang e-commerce dan teknologi yang ada di dalamnya.

Bertempat di Ruang Seminar Pdt. Dr. Harun Hadiwijono UKDW, materi kuliah dibawakan langsung oleh Muliadi Jeo (Founder & CTO of ICUBE) dan Paulus Bimo (Senior Backend Developer). Acara dibuka oleh Bimo sebagai pemateri kedua sekaligus alumnus FTI UKDW. Ia menyampaikan bahwa ICUBE dan UKDW memiliki relasi istimewa karena lebih dari separuh tim ICUBE merupakan lulusan fakultas ini. “UKDW menjadi kampus pertama yang kami kunjungi dalam program “ICUBE Goes to Campus”, ungkapnya.

Materi pertama yang dibawakan oleh Muliadi lebih banyak membahas tentang e-commerce. Dengan sepak terjang selama lebih dari 20 tahun di industri ini, Muliadi membahas mengenai perkembangan e-commerce dari masa ke masa serta tren yang sedang atau yang diprediksikan akan berkembang.

Dalam presentasinya, Muliadi menganalisis delapan tren e-commerce yang sebagian besar sudah terjadi di negara-negara maju. Tren e-commerce seperti self-service, augmented reality (AR), virtual reality (VR), internet of things (IoT), machine learning, dan artificial intelligent (AI) menjadi contoh bagaimana perkembangan teknologi berperan besar dalam industri niaga elektronik saat ini.

“We’ve changed, almost everything has changed. It’s all because of technology,” papar Muliadi. Banyaknya toko konvensional (offline) yang gagal beradaptasi sehingga akhirnya tertinggal. Sebagai contoh, toko buku cukup masif di US bernama Borders yang akhirnya gulung tikar. Kegagalan sebuah brand besar yang telah berdiri sejak 40 tahun bisa tumbang oleh derasnya arus digitalisasi. Ironisnya, ini hanyalah satu dari ratusan atau bahkan ribuan kasus lainnya.

Lantas apakah platform online jadi satu-satunya jawaban? Fenomena offline-online ini pada beberapa keadaan nampak menakutkan. Adalah sebuah keniscayaan ketika mencoba meyakini satu cara berjualan dengan memilih antara stay offline atau go online. Di satu sisi, jumlah masyarakat yang terliterasi digital tidak serta merta menggantungkan cara belanja yang hanya terpaku pada satu metode online saja. Menggabungkan cara offline dan online lebih dari sebuah pilihan, bisa jadi suatu keharusan.

“Customer today buy experiences not just products,” tandas Muliadi. Sebagai pakar e-commerce, ia menilai bahwa perkembangan teknologi secara konsisten telah mengubah perilaku konsumen. Budaya praktis dan serba cepat jadi konsekuensi logis dari kemajuan teknologi yang kemudian mempengaruhi pola konsumen. Konsumen menuntut proses pembelian yang mudah, efisien, cepat, dan tepat. Dari sini, konsep omnichannel mulai berkembang.

Omnichannel tidak sekadar membahas tentang banyaknya kanal atau saluran pembelian yang digunakan. Namun lebih kepada bagaimana sebuah perjalanan interaksi konsumen (customer journey) berakhir dengan mulus. Misalnya untuk membeli sepatu X, pelanggan bisa memilih kanal manapun  untuk melakukan transaksi. Entah membeli langsung di tokonya secara offline atau melalui website e-commerce, pilihan di tangan pelanggan semata. Omnichannel berbicara tentang banyaknya pilihan atau cara pelanggan untuk membeli suatu produk namun fokusnya tetap pada pelanggan itu sendiri. Artinya konsumen menjadi pusat dari siklus dan alur pembelian, yang akhirnya bertujuan untuk mengoptimalkan pengalaman konsumen.

Pada sesi kedua, Bimo menggarisbawahi signifikansi teknologi yang diaplikasikan pada e-commerce. Semakin fleksibel, solid, dan ter-update platform yang dipakai, maka performa e-commerce akan kian terjamin. Sebuah website e-commerce tidak hanya dinilai berdasarkan tampilan semata, di dalamnya terdapat banyak sekali fitur dan kustomisasi yang harus terus dipelihara.

Para mahasiswa pun diperkenalkan dengan berbagai platform e-commerce populer yang banyak dipakai oleh jutaan e-commerce di seluruh dunia. Mulai dari Magento, Shopify, BigCommerce, WooCommerce, dan lain sebagainya. Namun secara lebih khusus, Bimo membedah Magento dan beragam fitur yang ada dalam backoffice-nya.

Lebih jauh, Bimo mencontohkan adanya OMS (Order Management System) yang menjadi titik penting sebuah alur pembelian. Dengan mempresentasikan studi kasus dari salah satu ecommerce (www.9to9.id), Bimo menerangkan bagaimana alur customer journey mulai dari pembelian barang hingga pengirimannya. Sepintas tampak sederhana, namun pada kenyataannya membutuhkan sistem yang terintegrasi dengan baik sehingga proses ini berjalan dengan sempurna dan pengalaman konsumen pun tetap terjaga.

Dari acara ini, berbagai insight dan perspektif baru muncul. Topik seputar e-commerce yang terbilang segar menciptakan animo positif bagi mahasiswa. “Ke depannya, kami berharap dapat terus memberi sumbangsih bagi pendidikan, terutama melalui UKDW. Tentu pada kesempatan dan agenda-agenda berikutnya,” pungkas Muliadi menutup kuliah umum hari itu.

Pin It on Pinterest

Share This