Gusdurian, sebuah kelompok yang beranggotakan individu, komunitas, atau lembaga yang sama-sama memiliki pemikiran untuk meneruskan perjuangan Gus Dur, kembali mengadakan Temu Nasional (TUNAS) Gusdurian 2022 selama tiga hari pada tanggal 14-16 Oktober 2022. 

Setelah mengadakan TUNAS secara online pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini, dengan mengangkat penguatan integritas dan peneguhan semangat kebangsaan sebagai tema diskusi, pertemuan diadakan secara langsung di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur. 

Kegiatan yang tidak hanya dihadiri oleh Gusdurian tetapi juga para tokoh lintas agama dan toleransi dari luar negeri ini mengajak para Gusdurian untuk lebih menginternalisasikan tema diskusi ke dalam nilai kehidupan pribadi dan berlanjut pada kesadaran kolektif. Hal ini diyakini akan berkontribusi dalam dinamika isu toleransi dan pluralisme. 

Berbagai kelas berbagi terkait isu strategis Gusdurian diadakan untuk menampung aspirasi dan inspirasi peserta. Selain itu, juga terdapat forum dimana Gusdurian dapat berdiskusi mengenai isu strategis, tata kelola, dan resolusi jaringan Gusdurian. Semuanya menjadi wadah untuk bertemu dan mendiskusikan ide dan gagasan beserta pembaharuannya dalam merespon isu kebangsaan. Turut hadir dalam TUNAS 2022 Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur. Dalam kesempatan ini, Khofifah menyampaikan bahwa Steve Jobs, Elon Musk, dan Mark Zuckerberg adalah game changer di dunia ini. Sementara dalam dunia toleransi dan pluralisme, Gus Dur adalah game charger-nya.

Hari kedua TUNAS 20222 dimeriahkan dengan acara panggung budaya. Ajang unjuk potensi Gusdurian ini berlangsung di Gedung Muzdalifah, Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur. Melibatkan 1300 Gusdurian yang menyuguhkan berbagai pertunjukan kesenian seperti barongsai, musik, tarian, stand-up comedy, dan berbagai keseruan kesenian nusantara lainnya, kegiatan panggung budaya ini menjadi hiburan bagi masyarakat umum yang dapat menyaksikan secara langsung maupun dari siaran daring di kanal Youtube.. Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alisa Wahid menyebutkan, kekuatan terbesar Gusdurian bukan uang, tapi semangat. “Bisa kita lihat kegiatan panggung budaya berjalan dengan meriah. Kegiatan ini merupakan ruang ekspresi Gusdurian. Melalui kegiatan-kegiatan ringan yang dapat dinikimati masyarakat seperti ini kita bias lebih mudah menyuarakan isu toleransi dan pluralisme,” ujarnya. 

TUNAS Gusdurian 2022 juga mengadakan sayembara penulisan esai dengan tema “Menjadi Gusdurian”. Salah satu mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Yudha Adi Putra, menjadi salah satu peserta dalam kegiatan sayembara penulisan esai ini. Karya tulis dengan judul “Perjumpaan dengan Pendeta Maria Puspitasari: Refleksi Keteladanan Gus Dur dalam Pandangan Nasrani” masuk ke dalam 30 besar esai terbaik. Yudha Adi Putra, dalam tulisannya merefleksikan bahwa sebagai mahasiswa teologi yang oleh masyarakat Nasrani sering diharapkan untuk menjadi pendeta, bahkan memiliki citra pendeta, perlu untuk mengenali dan memahami konteks. Keberadaan Islam merupakan konteks penting dalam gereja dan umat Kristiani untuk berteologi. Perjumpaan dengan Pendeta Maria Puspitasari menjadi titik balik tersendiri dalam proses pembelajaran Yudha, terutama berkaitan dengan nilai-nilai Gus Dur. Pendeta Maria mengajak Yudha untuk melihat kembali dan menjadi peka atas apa yang terjadi di sekitar. “Saya mulai memaknai kembali, terutama ketika menjumpai sosok yang menjadi hal penting proses pembelajaran saya. Menjadi mahasiswa teologi, memiliki kesempatan untuk belajar mengenai teologi agama-agama. Mahasiswa teologi harus peka terhadap sekitar dan berusaha keras untuk membawa dampak baik bagi sesama. Pemahaman akan dinamika dengan agama lain menjadi penting ketika seseorang diharapkan menjadi pemuka agama. Pada akhirnya toleransi kehidupan beragamalah yang menjadi tujuan,” katanya. [F.Teo/YAP]

Pin It on Pinterest

Share This