Dalam tradisi Protestan, peringatan Rabu Abu termasuk peringatan yang relatif baru untuk dirayakan. Meskipun demikian, perayaan ini tetap memiliki makna yang penting terutama dalam posisinya sebagai gerbang permulaan untuk memasuki masa Paskah. Prosesi Ibadah Rabu Abu merupakan pembuka rangkaian penyambutan Paskah. Prosesi ini menjadi penanda dimulainya 40 hari masa pra-paskah yang termasuk di dalamnya Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi hingga pada Minggu Paskah itu sendiri.
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta mencoba memaknai hal ini lebih dalam lewat peringatan Rabu Abu yang dilaksanakan pada 2 Maret 2022 secara daring. Ibadah ini dipimpin oleh Pendeta Universitas Pdt. Nani Minarni, S.Si., M.Hum. dalam nuansa taize. Model ibadah demikian dimaksudkan agar setiap peserta dapat semakin memusatkan laku spiritualitasnya untuk menyambut kematian dan kebangkitan Kristus.
Ibadah Taize sendiri merupakan salah satu model ibadah yang memiliki tekanan pada nuansa meditatif dan pemusatan olah batin. Ini lain dari model-model ibadah konvensional protestan, yang biasanya berpusat pada khotbah. Meskipun demikian, dalam ibadah inipun tetap menyertakan renungan di dalamnya, sebagai bentuk pengantar pada pendalaman spiritual.
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kapasitas SDM dan Jejaring UKDW, Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D., selaku pembawa renungan mengajak untuk tidak hanya menjadikan pertobatan sebagai identitas, tapi juga sebagai sesuatu yang mau terus dibawa dan direnungkan sepanjang hidup. Hal ini ditarik dari pembacaan akan teks Yunus 3:1-10, yang salah satu ayatnya dijadikan tema dalam ibadah kali ini (Yunus 3:6). Dalam teks ini, Yunus menjadi gambaran dari umat beragama kebanyakan, di mana lebih berfokus pada identitas dirinya, daripada mengupayakan seruan pertobatan.
Selain memberikan renungan, Pdt. Handi juga membawakan doa syafaat dalam nuansa meditatif dan introspektif untuk memohon pemulihan pasca pandemi dan juga perdamaian di Ukraina pasca konflik dan serangan Rusia. Doa ini mengajak kita untuk tetap menyatakan kepedulian meskipun berada dalam jarak yang jauh dan tidak terlibat konflik secara langsung.
Ada hal yang berbeda dalam peringatan Rabu Abu kali ini. Dalam upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19, maka penorehan abu di kening tidak diadakan. Penorehan ini diadakan secara simbolik oleh Pdt. Handi untuk mengajak umat secara aktif terlibat dalam peringatan dan pertobatan, bukan hanya secara pasif menerima. [PKK/Moshe]