Tidak ada batas dalam mencari inspirasi dan ide, serta berkreasi. Inspirasi dan ide bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Bisa dari lingkungan alam yang beragam maupun dunia perkotaan yang modern. Siapa sangka bahwa suatu inspirasi dan ide menghasilkan suatu kreasi yang baik, menarik, dan memecahkan berbagai permasalahan. Pernyataan ini merupakan sebuah gambaran dari tema yang diambil untuk Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) tahun 2020 yaitu Tell Your Own Process.
Setiap tahun, Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) dan Kementerian Industri menyelenggarakan IFCC, bersama dengan Footwear Forum Indonesia. Kompetisi dengan konsep 3-in-1, yakni design, photography, dan videography, mengenalkan para generasi muda bahwa alas kaki adalah bagian dari fashion, perkembangan industri, dan salah satu bisnis yang menjanjikan, serta mengajak para generasi muda untuk menggali potensi mereka dalam dunia bisnis dan desain.
IFCC 2020 telah diikuti oleh lebih dari 100 peserta, termasuk Frans Loviga Surbakti, seorang alumni Program Studi (Prodi) Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta dan Matthew Christiadhi Pradipa, seorang mahasiswa angkatan 2018 Prodi Desain Produk UKDW Yogyakarta dan peraih Juara ke-2 dalam IFCC tahun 2019. Memiliki hobi dan cita-cita yang sama, mereka berdua tidak melewatkan kesempatan untuk ikut serta dalam IFCC 2020. Ini adalah kedua kalinya mereka mengikuti kompetisi design footwear. “Karena tahun ini temanya berbeda dan lebih mendalam, lebih detail makanya saya ingin mencoba, mencari pengalaman dan pengetahuan baru,” ungkap Matthew.
Mengangkat tema “Tell Your Own Process”, IFCC tahun ini menantang para peserta untuk menjadi problem solver dari kondisi yang ada saat ini. Tema ini juga mengarahkan para peserta untuk membuat sebuah produk dengan pemikiran yang kritis dan analitis sehingga menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai yang original. Frans dan Matthew mengambil permasalahan yang sama, yaitu kenyamanan saat memakai sepatu, namun pada bidang yang berbeda.
Matthew membuat desain sepatu yang diberi nama “Uakarii”, dengan konsep dari salah satu spesies katak beracun, Ranitomeya Uakarii. Mahasiswa kelahiran Cirebon ini mengaku alasannya mengambil inspirasi katak ini disebabkan oleh kemampuan seekor katak yang mudah beradaptasi terhadap lingkungannya, sehingga diaplikasikan ke dalam desain sepatu All Terrain dengan menambahkan warna dari katak tersebut dan dua garis berbentuk “U” menjadi ciri khas dari sepatu “Uakarii”.
Sedangkan, desain sepatu dari Frans yang merupakan alumni angkatan 2015, “Rebirth” mengangkat solusi untuk masalah kenyamanan para pemakai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Sales Promotion Boys (SPB) saat dan sesudah bekerja. Diberi nama “Rebirth” karena merupakan sepatu formal yang lahir kembali dengan desain yang modern dan trendy, dengan pilihan warna yang terinspirasi dari mobil Aston Martin DB11.
Proses pengerjaan dan pengiriman desain dilakukan selama dua bulan, kemudian dilanjutkan dengan presentasi akhir pada bulan September. Berkat kematangan pada konsep awal mereka, kedua desain dari alumni dan mahasiswa UKDW Yogyakarta berhasil masuk ke dalam sepuluh besar sedangkan desain sepatu Matthew berhasil meraih Juara Favorit dalam ajang IFCC 2020. “Mungkin karena kematangan konsep awal dan detail-detail yang sudah kita buat, bisa mencapai prestasi ini,” ungkap Frans.
Matthew dan Frans pun mengungkapkan kesannya selama mengikuti IFCC, “Sebenarnya yang saya dapatkan bukan hanya prestasinya, tapi pengalaman selama mentoring. Karena di situ, kita di-mentor sama para desainer sepatu Indonesia yang lebih berpengalaman, yang lebih jago soal desain sepatu apapun. Jadi, ilmu-ilmu yang didapatkan, saran dari mereka itu pengalaman yang lebih berharga dari IFCC tahun ini,” ujar Matthew. “Sebenarnya bangga dan bersyukur juga karena dapat masuk sepuluh besar, banyak ilmu yang didapatkan setelah ikut kompetisi ini dan di-mentoring oleh para desainer,” tambah Frans.
Segala pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh oleh Frans dan Matthew akan dijadikan sebagai bekal yang berguna pada saat mengembang skill desain mereka maupun saat bekerja di perusahaan sepatu. “Nantinya pengalaman yang saya punya, mau saya bawa ke profesi footwear designer karena sudah menjadi cita-cita saya. Tentunya, masih banyak yang harus saya pelajari sebelum menjadi desainer yang matang, maka saya masih harus terus belajar. Saya berharap pengalaman yang saya dapatkan ini bisa membantu teman-teman untuk berjuang di dunia desain dan bisa mendorong teman-teman untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan mencoba bersaing dengan orang-orang di luar kampus,” pesan Matthew. Frans, sebagai seorang alumni dari Prodi Desain Produk UKDW Yogyakarta juga menyampaikan sebuah pesan harapan kepada para mahasiswa yang masih berjuang di kampus. “Saya berharap untuk teman-teman semua bahwa dalam berkompetisi, kita dapat mengetahui potensi yang ada dalam diri dan dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan karya yang lebih baik lagi. Semangat terus, terutama untuk teman-teman dari Prodi Desain Produk UKDW, semangat terus dan tunjukkan kalau anak Prodi Desain Produk UKDW juga keren,” pungkasnya. (KK/Abigail)