Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) merayakan dies natalis yang ke-55. Tema yang diambil kali ini adalah “Duta Wacana, Bisa! Merayakan Pendidikan Integratif – Transformatif”. Tema ini dipilih untuk mengingatkan, menyemangati dan memotivasi segenap sivitas akademika untuk terus memperjuangkan visi mulia UKDW dalam bidang pendidikan tinggi yaitu “menjadi universitas Kristen yang unggul dan terpercaya yang melahirkan generasi profesional mandiri bagi dunia pluralistik berdasarkan kasih”. Tema ini sangat relevan dan tepat saatnya untuk direnungkan bersama ditengah-tengah pergumulan bangsa dan negara Indonesia dalam menciptakan perubahan nyata menjadi yang lebih baik di segala bidang kehidupan dengan tetap menjaga kesatuan dalam kebhinekaan, kerukunan dalam keberagaman.
Salah satu pencapaian UKDW di tahun 2017 adalah pengakuan dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan diraihnya peringkat akreditasi “A” (Unggul/Sangat Baik) sesuai dengan sertifikat akreditasi BAN-PT no 3290/SK/BAN-PT/Akred/PT/IX/2017 tertanggal 12 September 2017. Pencapaian ini patut dibanggakan, karena UKDW menjadi salah satu dari lima Perguruan Tinggi Swasta dan dari delapan Perguruan Tinggi yang terakreditasi “A” di Yogyakarta.
Tepat di tanggal 31 Oktober 2017, UKDW menggelar Upacara Dies Natalis ke-55 Duta Wacana di Auditorium Koinonia UKDW. Upacara ini dihadiri oleh Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Pengurus dan Pengawas Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Duta Wacana, serta mitra-mitra UKDW. Dalam upacara ini juga diisi dengan orasi ilmiah yang dibawakan oleh Prof. Ir. Sudaryono Sastrosasmito, M.Eng., Ph.D., Guru Besar Departemen Arsitektur dan Perencanaan Kota, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengambil judul “Meneguhkan Pendidikan Integratif-Transformatif”.
Melalui perayaan Dies Natalis Duta Wacana ke-55 ini, Ir. Henry Feriadi, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor UKDW berharap seluruh dosen, karyawan, mahasiswa dan alumni Duta Wacana diingatkan akan komitmen dan panggilannya untuk menjadi UTUSAN FIRMAN (the messenger of the LOGOS) bagi bangsa, masyarakat bahkan warga dunia. Sivitas akademika dapat tetap kreatif berkarya, inovatif mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan jati diri dan budaya luhur Indonesia. Pendidikan integratif dan transformatif bukan hanya untuk membangun menara gading ilmu pengetahuan dan teknologi atau mengejar reputasi akademik saja, namun dipakai untuk membangun kemandirian, meraih kesejahteraan, menunjukkan keadilan dan keberpihakan pada yang lemah dan tersingkirkan.