Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bekerjasama dengan Universitas Kasetsart Bangkok kembali mengadakan workshop bertemakan Resilience Architecture and Community Design (RAC-D) pada tanggal 14-17 September 2019 di Bangkok, Thailand. Sebagai tuan rumah, Universitas Kasetsart mengajak 27 mahasiswa tahun ke-2 dan dua dosen pendamping untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sedangkan UKDW mengirimkan delapan mahasiswa dari Prodi Arsitektur yang didampingi oleh tiga dosen pembimbing yaitu Dr. – Ing., Wiyatiningsih, ST., MT, Dr.-Ing.Gregorius S. Wuryanto, M.Arch, dan Christian Nindyaputra Octarino, S.T., M.Sc. Selain UKDW, Universitas Pelita Harapan juga ikut bergabung dengan mengirimkan  satu mahasiswa dan satu dosen pembimbing sebagai peserta.

Hari pertama workshop pada hari Sabtu, 14 September dimulai dengan site visit menuju kawasan Tha Chalom yang berada di Distrik Samut Sakhon dan berjarak satu jam dari Bangkok. Perjalanan menggunakan bus diawali dengan perkenalan oleh tiap mahasiswa yang bergabung dalam workshop. Selanjutnya  observasi mulai dilakukan secara bertahap dengan mengunjungi Stasiun Kereta Api Ban Laem dan Baan Tha Chalom yang menjadi pusat informasi serta museum yang merepresentasikan kota lama Tha Chalom. Kota tersebut dahulu dikenal sebagai distrik sanitasi pertama di Thailand melalui pembangunan jalan dari pajak bersama masyarakatnya sebagai akses publik demi terciptanya kota yang bersih dan rapi. Namun pada perkembangannya, Tha Chalom didominasi oleh imigran Cina yang bekerja menjadi nelayan hingga mendirikan dermaga-dermaga individu di belakang rumahnya. Sampai saat ini aktivitas ini jelas terlihat dari ikan-ikan hasil tangkapan yang banyak dijual di rumah-rumah warga dalam bentuk ikan kering siap makan.

Tha Chalom yang merupakan kawasan bercurah hujan cukup tinggi dan dikelilingi sungai Tha Chin, memiliki potensi bencana yang cukup besar. Hal ini membuat kepercayaan akan agama dan budaya tumbuh sangat lekat di masyarakat. Kuil-kuil Budha berciri khas arsitektur Thailand-Cina banyak dijumpai di wilayah Tha Chalom. Berbicara tentang perkembangan dunia pariwisata dan perekonomian, kekayaan budaya Tha Chalom ternyata belum menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Pada dasarnya para wisatawan datang ke kota Tha Chalom untuk pergi ke Maeklong Market atau yang lebih dikenal dengan sebutan Umbrella Market. Untuk sampai di Maeklong Market, wisatawan akan menggunakan kapal shuttle dari Pelabuhan Mahachai ke Pelabuhan Tha Chalom yang hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Sesampainya di Tha Chalom, wisatawan dapat berjalan atau menggunakan transportasi yang ada seperti trishaw (becak tradisional Cina), ojek atau sepeda menuju Stasiun Kereta Api Ban Laem. Berfungsi sebagai area transit membuat potensi-potensi pariwisata di Tha Chalom sepi wisatawan akibat kurangnya informasi dan tidak terekspos secara maksimal. Permasalahan inilah yang kemudian menjadi tantangan dan diangkat sebagai materi workshop yang harus diselesaikan melalui perancangan desain yang berkelanjutan. 

Workshop yang berlangsung selama tiga hari di Fakultas Arsitektur Universitas Kasetsart memberikan kesempatan bagi para peserta yang dibagi dalam beberapa kelompok untuk mengemukakan pendapat mengenai rumusan permasalahan yang diangkat dan ide solusi melalui prototype perancangan berskala urban dalam bentuk grafis. Sebagai hasil akhir, kelompok dua dinilai sangat baik dalam menyikapi isu pariwisata di Tha Chalom. Kelompok ini berhasil menggunakan pendekatan fenomenologi, membentuk suatu sequence yang menghubungkan landmark-landmark kawasan sekitar untuk dieksplorasi secara inderawi (sense of architecture) dan mengimplementasikan desain amphibious architecture untuk menghadapi resiko bencana  dan mengembangkan area pariwisata Tha Chalom.

Sekalipun singkat, kegiatan ini berlangsung menarik karena keterbatasan bahasa baik ketika berdiskusi maupun pemaparan materi presentasi justru menjadi tantangan dalam kerjasama tiap kelompok. Acara workshop ini ditutup dengan penyerahan ucapan terimakasih dari ketiga belah pihak dan sesi foto bersama. (eva)

Pin It on Pinterest

Share This