Nilai-Nilai Kedutawacanaan

Proses merumuskan Nilai-Nilai Kedutawacanaan dimulai pada tahun 2011 oleh Tim Karakter Kedutawacaan sebagai bagian dari Program Hibah Kompetisi berbasis Institusi (PHKI) yang diterima oleh Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dari DIKTI. Proses perumusan ini berlangsung selama dua belas tahun hingga tahun 2023. Selama waktu ini, bukan hanya eksplorasi Nilai-Nilai Kedutawacanaan yang telah ada dalam sejarah UKDW sejak pendirian Sekolah Tinggi Theologia (STTh) Duta Wacana pada tahun 1962 yang diperhatikan, tetapi juga melibatkan studi mendalam dan konsultasi dengan ahli di bidang teologi, pendidikan nilai dan karakter. Proses ini juga melibatkan penyesuaian rumusan nilai-nilai tersebut sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman yang terus berlangsung.

Nilai-Nilai Kedutawacanaan, yang bersumber dari Alkitab, menjadi inti dan semangat pengabdian Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) sebagai lembaga pendidikan Kristen. Tujuan UKDW adalah membangun kemanusiaan Indonesia di tengah masyarakat dunia yang beragam, dengan mengutamakan kasih sebagaimana diajarkan oleh Yesus Kristus. Berikut adalah penjabaran dari Nilai-Nilai Kedutawacanaan:

    1. Obedience to God (Menaati Allah)
      Menaati Allah (bahasa Latin: obedire) berarti melakukan dengan rela hati apa yang dikehendaki oleh Allah. Ketaatan itu berasal dari pemahaman terhadap relasi Allah sebagai Sang Pencipta dan manusia sebagai ciptaan-Nya, yang cenderung menuruti keinginannya sendiri. Dengan bersikap taat, seseorang menunjukkan martabatnya sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah. Ketaatan memberdayakan manusia untuk menjalani sesuatu yang tampaknya tidak mungkin dijalani, dan mencapai sesuatu yang tampaknya tidak mungkin dicapai. Ketaatan seseorang yang total memampukannya pula untuk menanggung penderitaan, sekaligus menginspirasi sesamanya. Ketaatan terhadap Allah itu memampukan manusia untuk memaknai pengalaman hidupnya, sekaligus membebaskan manusia untuk membangun relasi yang holistik dengan sesama dan alam semesta. Ketaatan terhadap Allah juga memungkinkan manusia untuk mengalami rahmat Tuhan, sehingga seseorang dapat menghadirkan rahmat Tuhan dalam kehidupan. Nilai ‘Menaati Allah’ adalah sebuah payung yang menaungi sekaligus akar dari pertumbuhan ketiga nilai lainnya. 
    1. Walking in Integrity (Melangkah dengan Integritas)
      Integritas memiliki arti ‘keadaan utuh, bersatu’ pada tataran hati, pikiran, kata dan perbuatan sehingga terwujudlah otentisitas diri seseorang. Integritas merupakan hasil refleksi terhadap pengenalan serta pengalaman hidup bersama Tuhan dan sesama di dunia. Seseorang yang memiliki integritas akan membaktikan kompetensinya bagi sesama dan keutuhan ciptaan. Integritas bersumber pada ketaatan untuk didedikasikan kepada Allah sebagaimana dikatakan dalam firman-Nya, “… segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kolose 3:17). Integritas bukanlah sesuatu yang statis melainkan dinamis dan dihidupi dalam setiap langkah kehidupan. Integritas dibangun dari dalam diri, yang berpijak pada iman Kristen, kemudian terwujud dalam kesatuan pikiran, kata, dan perbuatan. Integritas yang tumbuh dan dihayati bersama akan membentuk karakter institusi. Dengan demikian, integritas bukan hanya menyangkut urusan personal, bukan pula sekedar membangun citra, melainkan membentuk kualitas karakter komunal. 
    1. Striving for Excellence (Melakukan yang Terbaik)
      Manusia dipanggil untuk melakukan yang terbaik dalam hidupnya sebagaimana Yesus, Anak Allah, melakukan tugas yang diberikan Allah Bapa untuk menebus dosa manusia dengan sempurna. Yesus telah melakukan yang terbaik dalam ketaatan-Nya kepada Bapa. Karena teladan itu, ketika manusia dikaruniai kepercayaan untuk mengemban tugas, maka sepantasnya ia melakukan yang terbaik. ‘Melakukan yang Terbaik’ dapat dilaksanakan manusia dengan menerima panggilan Tuhan, dan menaati Tuhan di setiap langkahnya sampai tugasnya tuntas. Selain itu, perlu diingat pula bahwa Tuhan telah memberikan talenta tertentu kepada setiap orang, sebagaimana dikisahkan pada perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30). Setiap orang diharapkan mengembangkan apa yang telah dipercayakan kepadanya itu semaksimal mungkin, sebab melakukan yang terbaik bukan hanya sekedar kemampuan, melainkan sebuah sikap hati dan kebiasaan yang lahir dari internalisasi iman Kristen. Dengan demikian, jelaslah bahwa tatkala manusia mau melakukan yang terbaik, maka ia melakukan kehendak Allah bagi dirinya. 
    1. Service to the World (Melayani Dunia)
      ‘Melayani Dunia’ berarti menanggapi panggilan Yesus Kristus untuk melaksanakan misi Allah membawa damai sejahtera dalam menyelamatkan dan di dunia. Yesus telah mengorbankan diri-Nya bagi seluruh umat manusia dan seluruh ciptaan. Karenanya, setiap orang yang beriman dan taat pada Tuhan dipanggil untuk memberi diri dalam karya penyelamatan Allah bagi sesama manusia dan seluruh ciptaan. Insan Duta Wacana dipanggil untuk melayani dunia yang pluralistik berdasarkan kasih. Pelayanan insan Duta Wacana memiliki karakteristik inklusif, profesional, dan berintegritas. Konteks pelayanan insan Duta Wacana mencakup tidak hanya masyarakat Indonesia dan global, namun seluruh ciptaan.

    Pin It on Pinterest

    Share This